Sunday, 28 June 2015

REFORMASI

Reformasi bergemuruh meruntuhkan tirani, tidak ada yang menduga dan menyangka, kekokohan pemerintah yang telah berkuasa dengan tangan besinya runtuh oleh Rakyat (Pemuda).Bukan bedil atau peluru ataupun kudeta militer yang meruntuhkan pemerintahan yang ada, tetapi gerakan mahasiswalah yang membuat Sang Pemimpin harus Sadar bahwa Dia Bukan lagi Segalanya, Dia Bukan Lagi Sang Adidaya, Dia bukan lagi di kehendaki masyarakat khalayak untuk memimpin negeri.

Sang Penguasa yang telah memimpin Bangsa selama Puluhan tahun harus tunduk atas kehendak Mahasiswa, ini adalah tonggak sejarah peradaban Dunia. Sang Penguasa yang selama ini bisa mengatakan Hitam itu Putih sekarang tidak lagi mampu berbuat apa-apa selain harus mengikuti kehendak rakyatnya yang di wakili para mahasiswa/mahasiswi dan juga Masyarakat umumnya.Sang Penguasa dan Kroninya menyadari waktu telah berubah, kondisi psikologis Masyarakat juga telah berganti, semua tawaran yang diajukan untuk dapat memperpanjang kekuasaanya tidak di gubris barisan Mahasiswa yang sudah terlanjur tidak percaya atas niat baik Sang Penguasa.

Sang Penguasa hanya bisa berpasrah diri dan mengatakan saya Mundur dari jabatan sebagai Presiden Republik ini, Memang apa yang dilakukan Sang Penguasa hanyalah untuk menjaga martabatnya yang tersisa, memaksakan kehendaknya saat itu hanya berarti mempermalukan dirinya lebih besar, dengan mengatakan Mundur Sang Penguasa merasa tidak dipaksa berhenti atau diberhentikan, walaupun sama saja berarti Dia Bukan Siap-siapa lagi. Memang Waktu telah berganti, Era baru telah berjalan, era keterbukaan telah membuat banyak orang mengetahui bagaimana gurita bisnis anak anak Sang Penguasa telah menggerogoti kekayaan bangsa dengan sangat masif. Selain itu Kroni kroni sang penguasa pun selalu menggeliat dengan ganasnya untuk menghabiskan kekayaan bangsa ini. Hal inilah yang membuat gerakan Mahasiswa yang menuntut PERUBAHAN.

Memang setiap menjelang pergantian kepemimpinan akan terjadi Gejolak ibarat Gelombang air pada saat pertama air diaduk pasti memunculkan gelombang yang bergerak liar, deras dan tidak menentu, namun perlahan tapi pasti semua itu akan kembali menuju equilibriumnya. Gelombang kerusuhan yang terjadi pada saat menjelang pergantian kepemimpinan Sang Penguasa perlahan namun pasti mulai dapat diantisipasi dan menjadi terkondisi dengan baik.

Pergantian kekuasaan Sang Penguasa ke era yang baru di kenal dengan sebutan REFORMASI.

Jaman Reformasi adalah jaman kebebasan atas segala tekanan, atas segala kungkungan dan merdeka dalam mengemukakan pendapat, merdeka dalam menentukan nasib, merdeka dari penjajahan atas informasi. Kejadian ini juga membuat gemuruh informasi yang kebablasan, semua bersuara sesuka hati, semua berpendapat tanpa memikirkan apa yang disuarakan itu menyinggung sisi lain dari masyarakat. Gelombang informasi yang bergerak liar membuat semua yang dulunya tabu kembali dapat disuarakan dengan suara gegap gempita walaupun kadang kebablasan.

dalam kehidupan beragamapun merasakan hal yang sama, kungkungan yang begitu lama telah membuat banyak aliran kepercayaan mati suri, banyak ageman yang hilang karena di haruskan seragam atau dianggap sesat. Padahal yang namanya Agama dan Kepercayaan adalah Hak Dasar setiap warganegara yang diakui dan diatur dalam Undang Undang Dasar 1945 dan Dasar Negara. Namun kenyataan dalam pelaksanaan dahulu HARUS mengikuti aturan yang di tentukan Sang Penguasa tanpa ada yang berani membantah, kenapa? karena kalau membantah pasti dianggap Subversif, dan Subversif ujung-ujungnya Penjara tanpa pengadilan. inilah yang membuat masyarakat menjadi tidak ada yang berani membantah dan harus mengikuti keinginan sang penguasa.

Jaman Reformasi memberikan angin segar dalam keberagaman dalam menjalankan ibadah agama maupun aliran kepercayaan yang di peluk oleh setiap orang dalam kehidupan berbangsa di negeri ini. Pemaksaan kehendak untuk mengikuti garisan Sang Penguasa dulu langsung hancur berkeping keping karena memang tidak sesuai dengan keinginan para pendiri Bangsa dan tujuan dari Bangsa ini. Setiap orang dapat menjalankan ibadah agama ataupun aliran kepercayaannya dengan baik, hal ini membuat ageman-ageman yang dahulu sempat hampir tercerabut kembali bersemi.

Bagi orang Jawa ini adalah kemerdekaan hakiki, Kejawen yang dahulunya dianggap musrik dan syirik sekarang tidak lagi dapat dipandang seperti itu. Orang Jawa kembali mulai mencari jati diri mereka yang dahulu tercerabut dari kehidupan mereka. Pemaksaan Dogma Musrik dan Syirik yang selama ini menghantui perasaan mereka tidak dapat semena mena di tujukan atas kegiatan mereka. Orang Jawa kembali menekuni hal-hal yang memang menjadi warisan luhur para leluhur Jawa untuk menyatu dengan Alam dan Mahkluk lain Ciptaan Gusti Sang Bangun Kerso (Tuhan yang Maha Kuasa).

Pameo yang dulu banyak di ucapkan yaitu "Orang Jawa sudah hilang Jawa nya" melecut banyak kaum muda Jawa untuk menegok dan instropeksi diri. Leluhur Jawa begitu hebat karena sebelum datangnya agama Hindu dan Budha mereka telah meyakini akan Kuasa dari Sang Pencipta semesta dan tata cara untuk mendekatkan diri dengan Sang Khalik. Datangnya Hindu dan Budha tidak menghilangkan Jawanya orang Jawa namun malah memperindah dan mempercantik khasanah Jawanya orang Jawa, setelah masuk Islam pun Jawanya orang jawa tetap berusaha berpijak di bumi Jawa, namun lama kelamaan memudar dan khususnya pada jaman Sang Penguasa hal itu hilang karena diwajibkan dan di haruskan sesuai dengan kemauan Sang Penguasa. 

Saat itu Dominasi tata kehidupan Islam sebagai Agama terbesar mulai berganti arah, Arabisasi terjadi dimana-mana dan mulai menggerus semua sendi kehidupan masyarakat islam, semua perbedaan dalam tatacara peribadatan bahkan dalam kehidupan sehari hari harus mencontoh Arab, ini jelas jauh berbeda dari keinginan para leluhur yang selalu mengingatkan kepada siapapun anak-anak bangsanya bahwa Agama apapun yang dianut namun jangan sampai kamu lupa akan hakekat kamu sebagai orang Jawa. 

Reformasi benar-benar memberikan pemaknaan yang luar biasa bagi orang jawa untuk kembali menyadari bahwa Leluhur Jawa telah mempunyai keluhuran dalam menerima setiap perubahan jaman  tanpa meninggalkan identitas aslinya sebagai Orang Jawa yaitu Hidup dalam Damai, Menjaga Harmonisasi dengan alam, dengan mahluk- mahluk lain ciptaan Hyang Maha Kuasa sehingga tercapai keseimbangan dalam Hidup bermasyarakat dan bernegara.

Inilah arti penting Reformasi, bebas dari kungkungan, bebas melakukan peribadatan dan munculnya pengertian dan toleransi atas keberagaman tatacara keagaamaan yang tidak dapat dipaksakan harus menjadi satu, di samping itu munculnya kesadaran bahwa kita bangsa yang berbudaya sehingga tidak perlu kita mengimpor Budaya lain (Arab)  untuk dijadikan Jargon wajib, Kita malah harus bangga karena Budaya kita jauh lebih hebat dan lebih luhur di bandingkan Budaya mereka. 

di postkan Surabaya, 28 Juni 2015, setelah keliling mengunjungi teman-teman di Jawa Timur dan Jawa Tengah yang begitu hebat.


No comments:

Post a Comment